HP pertama Siemens adalah C1, dirilis pada tahun 1985. Artinya, rekam jejak mereka panjang di industri ponsel. Setelahnya, Siemens terus berkembang dan mulai menanjak. Di Indonesia sekitar tahun 2000-an, produknya semacam C55, A55 sampai M55 lumayan diminati.
Tahun 2000, Siemens tercatat punya pangsa pasar 8,6%, kala itu hanya kalah dari Ericsson, Motorola dan tentu saja Nokia. Tahun 2003, posisi mereka terhitung masih stabil dengan market share 8,5% secara global.
Akan tetapi tahun 2004, mulai tampak tanda-tanda penurunan. Market share mereka menjadi 7,2% dan mulai menelan kerugian besar. Bahkan di kuartal I 2005, market share mereka anjlok lagi hingga hanya 5,6%.
Usaha Siemens untuk memperkenalkan lini ponsel mewah dan stylish yang bernama Xelibri bisa dikatakan gagal total, tak banyak yang meminatinya. Bentuknya dianggap aneh dan fiturnya pun biasa saja.
Saat itu, ketahuan Siemens menderita kerugian USD 530 juta. Perusahaan ini pun terpaksa dijual pada BenQ, tapi tetap saja tidak banyak perkembangan hingga akhirnya tutup total.
Apa yang terjadi? Siemens banyak dikritik karena lambat berinovasi di bidang kamera, desain maupun layar. “Pada dasarnya, Siemens gagal mengantisipasi tren yang berkembang di bisnis ini,” kata Theo Kitz, analis di Merck Finck.
“Mereka ini secara terus menerus terlambat dengan inovasi yang krusial dan hal itu sungguh melukai mereka pada akhirnya,” cetusnya kala itu, seperti dikutip detikINET dari New York Times.