Buletinbandung.com – Dari banyaknya warisan budaya di Pangandaran, nampaling masih eksis menjadi kearifan lokal sejak 4 abad yang lalu. Tradisi Nampaling merupakan prosesi penangkapan hama di area sawah pasca musim panen padi.
Belalang yang telah tertangkap, masukan ke wadah yang bernama Toler (Kembu). Masyarakat setempat mengolah belalang hasil tangkapan tersebut menjadi berbagai macam kuliner salah satunya yaitu oseng simeut (belalang).
Kuliner lainnya yang mereka suguhkan pada festival ini adalah makanan tradisional setempat seperti tumpeng, awug, candil dan lain sebagainya.
Festival budaya ini juga dimeriahkanoleh pentas seni tradisional setempat seperti Seni Gondang Buhun, Elok Beluk, Ronggeng Gunung, Ronggeng Amen dan pentas senilainnya.
Saat ini, nampaling masih sering dilalukan warga di Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran.
Kepala Desa Cikalong Ruspandi mengatakan, nampaling merupakan kegiatan penangkapan belalang atau masyarakat setempat menyebutnya simeut. Kegiatan menangkap belalang dilakukan untuk setiap musim panen padi datang. Dalam waktu tersebut belalang sangat melimpah.
“Nampaling sudah ada sejak tahun 1600-an, dulu memang hanya untuk pengusiran hama tapi kini mereka buatkan festival budaya agar terlihat meriah,” ucapnya Senin (3/10/2022).
Ia mengatakan Festival Nampaling dalam acara Budaya Desa Cikalong ini sebagai upaya melestarikan tradisi yang menjadi warisan leluhur warga Desa Cikalong.
Festival Nampaling mereka lakukan setiap selesai masa panen tiba yang biasanya masuk bulan September-Oktober.
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan Wakil Bupati Pangandaran Ujang Endin Indrawan melakukan kegiatan Nampaling
Menurutnya daripada hama harus terbunuh dan mati sia-sia. Maka warga setempat mengolah belalang menjadi kuliner yang enak.
“Belalang bisa di olah menjadi oseng simeut, rasanya enak dan aman di konsumsi,” ucapnya.
Dalam festival nampaling sajikan olahan simeut bersama makanan tradisional seperti tumpeng, awug, candil dan sebagainya.
Di samping prosesi Nampaling warga setempat memanfaatkan belalang untuk dijual secara umum. “Di balik acara ini ada warga yang ikut terbantu dari sisi ekonomi. Karena 1 kg simet di hargai Rp 20 ribu-Rp 30 ribu,” ucapnya.
Festival budaya ini juga bersama seni gondang bubun, eok beluk, dan pentas seni lainnya